Wednesday, May 12, 2010

TESTING, TESTING


Dikutip dari The New York Times Upfront Magazine (edited and translated)
Edisi 10 May 2010

    Think you take a lot of exams? Not compared to what students in India endure to get into college.
       Ketika akhirnya Sadhvi Konchada (17) memasuki jenjang perkuliahan pada musim gugur ini, ia telah mengikuti 22 tes masuk perguruan tinggi yang berbeda.
Ini bukanlah hal yang jarang terjadi di India. Dalam decade terakhir ini, perkeonomian Indoa maju pesat, mengakibatkan kompetisi diantara generasi muda menjadi semakin ketat. Hal ini diperburuk dengan terbatasnya jumlah perguruan tinggi. Dari sekitar 186 juta siswa di India, hanya 12 % yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi ( One of the lowest ratio in the world)

“India's top students are world-class, but most Indian universities are not, with roughly two thirds of colleges and universities rated below standard.”
    Hal ini menimbulkan kompetisi sengit untuk menjadi mahasiswa di perguruan tinggi terkemuka seperti the Indian Institute of Technology. Pada tahun 2008, 320.000 siswa mengikuti ujian masuk ITI, namun hanya 2,5 % (8.000) yang berhasil diterima.



A STATUS SYMBOL
            Di East-End Apartment, tempat dimana Sadhvi tinggal, setidaknya 3 tempat bimbel menawarkan kursus tiap hari untuk mata pelajaran MTK, Fisika, Kimia, dll. Umumnya siswa focus di bisang teknik atau bisnis.
Bimbel – bimbel tersebut memajang hasil tes siswa di korodor-koridor aprtemen and meng-SMS hasil tes siwa kepada orang tua mereka.
            “ Hasil tes siswa telah menjadi simbol status (keluarga),” kata Jaya Samaddar. “Ketika anda pergi ke suatu acara dan orang – orang menanyakan kabar anak anda, mereka tidak menanyakan tentang kesehatan mereka, tapi tentang hasil akademik anak anda.”
            Sadhvi sedang menyiapkan utuk mendaftar di dua sekolah arsitektur dan desain. Namun karena program tersebut sangat kompetitif, ia juga mendaftar di lima atau enam engineering school. Sadhvi sangat sibuk dalam persiapan tes- tes tersebut. Namun, ada 1 hal yang jarand ia lakukan
            “ Siswa- siswa jarang pergi ke sekolah,” ujar Sadhvi, “kebanyakan hanya bergantung pada bimbel.”
(http://teacher.scholastic.com/scholasticnews/indepth/upfront/features/index.asp?article=f051010_india)

Hikmah yang bisa diambil
  1. Bersyukur peluang kuliah di PTN Indonesia masih lebih tinggi yaitu kurang lebih 20% ( jumlah pendaftar PTN 2007/2008 = 1.491.994, jumlah siswa yang diterima = 305.209 *presentasi siswa yang diterima di PT swasta mencapai 100%)
  2. Presentase siswa SMA yang melanjutkan ke PT = 61,29%
  3. Jangan patah semangat kalau ditolak 2, 3, 4, atau 5 PTN! Lihat teman- teman kita di India yang harus berjuang lebih keras dari kita
  4. Banyaknya siswa India yang hanya  bergantung pada bimbel mengindikasikan kegagalan institusi sekolah dalam menyediakan suplemen pendidikan, kalau di Indonesia bagaimana yaa??
  5. Belajar keras untuk masuk PT ternama memang penting, tapi  hidup seimbang lebih penting. Jaga kesehatan dan sempatkan otak kita untuk berelaksasi!
  6. Siswa – siswi Indonesia juga siswa- siswi kelas dunia. Penting adanya untuk mengapresiasi usaha dan kerja keras mereka dan berikanlah mereka motivasi untuk menjadi generasi baru pemimpin bangsa.

Salam hangat dari penulis 

No comments: